Senin, 24 Desember 2012

Parallel School part 1/8 : new life beginning

Hari itu sedikit berawan dan berangin. Cuaca di bulan Oktober memang sudah mulai mendingin. Jendela kamarnya yang tidak ditutup membuat angin penasaran untuk mengintip sedikit dan Wuush... sang angin pun ternyata tidak tahan lagi untuk melihat apa yang ada di balik tirai biru muda tersebut.

"dingin..."

bukannya segera bangun, tapi gadis berambut pendek berwarna merah gelap itu kembali menarik selimutnya.

"hape-ku dimana sih? kok alarm-nya gak bunyi-bunyi ya?"

dengan malas ia mengambil handphone-nya yang terletak di atas lemari di samping tempat tidurnya.

"jam setengah lima... terlalu siang untuk bangun..." lalu ia pun menggosok-gosokkan matanya. Setelah mengenakan sandal kamarnya ia berjalan ke arah jendela kamarnya. Pemandangan yang luar biasa pun terlihat. Menara yang berbentuk spiral dan semakin menyempit ke atas dihiasi lampu-lampu cantik berwarna-warni, sangat kontras dengan warna langit di pukul setengah lima pagi.

"Menara itu tetap sama setiap kali aku melihatnya, iya kan Shiro?" gumamnya saat melihat kucing berumur setengah bulan itu menguap dari keranjang bambu tempat tidurnya.

"miuw?" tentu saja sang kucing tidak mengerti apa yang terjadi dengan umurnya baru setengah bulan.

"tidak apa, aku mengerti perasaanmu..." gadis tersebut tersenyum dan kembali menatap menara tersebut.
aku pasti akan mengungkap apa yang terjadi! pasti! ucap gadis itu dalam hati.

***

"Aiko? Seperti biasa kau bangun pagi sekali..." wanita muda berumur 24 tahun tersebut tidak terkejut dengan kemunculan Aiko yang tiba-tiba di pintu ruang makan. Bahasa yang masih terdengar formal. Selalu saja begitu,  ujar Aiko dalam hati.

"tentu saja Tante, aku tidak ingin merepotkan selama aku berada disini." ujar Aiko sambil mengangkat teko yang sudah nyaring-nyaring berbunyi minta di angkat.

"hahaha, kau ini ada-ada saja. Merepotkan apanya? Kau sudah 13 tahun tinggal bersama tante disini..." dia tersenyum dan membuka oven dan segera saja wangi kue yang baru saja matang menyeruak.

"Reika sayang, kaulihat dimana aku meletakkan kunci mobilku?" seorang pemuda memasuki ruang makan dengan terburu-buru.

"Oh, aku juga tidak melihatnya... Maafkan aku sayang, aku masih sibuk dengan kue-kue kering ini... daripada memikirkan kunci itu, tolonglah sebentar cek kamar Akira karena sebentar lagi dia akan..."

perkataan Tante Reika terputus karena segera saja terdengar tangisan bayi yang sudah tidak sabar lagi.

"baiklah, angkat kuenya dan tiriskan di piring hijau itu... bukan yang biru, yang hijau.. hijau..."

tangisan Akira terdengar lagi dan Tante Reika tergopoh-gopoh menuju kamarnya.

"selamat pagi paman Robbert..." Aiko menatap laki-laki berambut orange  itu dengan tatapan kaku.

"ya Aiko... selamat pagi... dan bisakah kau hentikan tatapan yang sama itu padaku?" Robbert mencoba tersenyum ramah pada Aiko.

"maaf, aku sudah terbiasa" Aiko membuang muka dan beralih untuk mengambil sekotak sereal di bufet atas.

"Kalau begitu, coba ubah saja pandangan itu..." Robbert mencoba menawarkan solusi. Dia tidak terlalu kosentrasi pada yang sedang ia kerjakan, sehingga dia menjatuhkan satu kue kering ke lantai dapur yang bersih.

"Aku tidak suka perubahan..."

"Hahh... semua yang ada di dunia ini akan berubah... cepat atau lambat... kau harus belajar untuk menerimanya nak..."

Aiko terdiam sejenak dan menatap semangkuk serealnya. Paman Robbert masih memunguti pecahan kue kering dan berusaha mencari sapu.

"Dimana benda sialan itu berada? Mengapa semua tidak ada di tempatnya?"

tepat begitu Paman Robbert menemukan benda bergagang coklat muda serta ijuk berwarna coklat kekuningan tersebut, Tante Reika datang menggendong Akira di pangkuannya. Aiko segera menghabiskan serealnya dan berdiri.

"Aku berangkat tante, paman... Dah Akira!" ujarnya terburu-buru sambil mengecup pipi Akira.

"Eh? secepat ini? Jangan lupa, bekal makan siang mu, Aiko!" Tante Reika melihat sekeliling agar secepatnya menemukan kotak bekal yang sudah ia siapkan.

"Jangan khawatir tan, aku sudah memasukkannya ke dalam tas" Aiko tersenyum dan menghilang dari balik pintu dapur. Tante Reika hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anak itu.

"Anak itu... sama sekali tidak berubah..." gumam tante Reika pelan.
"Ia membenci perubahan bukan?" tanya Paman Robbert.
"kata siapa?" tante Reika balik bertanya.

"kataku... dan paman... bufet ketiga dari kanan. Daah! Aku berangkat!" Aiko tiba-tiba muncul kembali di ruang makan dan tidak muncul kembali.

Paman Robbert membuka bufet tersebut dan berkata,
"Ah, kunci mobilku! Kemarin aku meletakkannya disini setelah makan malam."

***




Aiko Aozora (15)
6th Oct
like : cat, challenge, adventure, peace
dislike : change, differents, argue, chocolate
item : light blue crystal
ability : Demonic Water Guardian/ Angelic Wind Guardian/ Demange Ice
words : "I won't let you die here!"


pict source : http://www.varrell.com/wonderful-kitchen-dining-designs/wonderful-kitchen-dining-designs-image-02-orange-gray-deluxe-kitchen-cabinets/ 

http://imagethumbnails.milo.com/012/146/677/trimmed/12146219_30351677_trimmed.jpg


0 comments: